ASUHAN KEPERAWTAN
I.Pengkajian
Riwayat kesehatan
II. Diagnosa keperawatan
Resiko injury b/d aktivitas kejang
Resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi
Cemas b/d terjadinya kejang
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
III. Intervensi keperawatan
1. Dx: resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi
Intervensi:
Mandiri
Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.
Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.
Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.
Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan indiksi.
Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.
Siapkan untukmelakukan intubasi, jika ada indikasi
2. Dx: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Mandiri
Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/ prognosis penyakit dan perlunya pengobata/penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.
Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis.
Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan, jika memungkinkan.
Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperi mengantuk, hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan, mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan anemia aplastik.
Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsi.
Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya sakit tenggorok atau demam.
Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal
Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya, alkohol, kefein dan obaat yang dapat menstimulasi kejang.
Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur.
Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki, diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi, menggunakan alat mekanik, panjat tebing, berenang, hobi dan sejenisnya.
I.Pengkajian
Riwayat kesehatan
- Riwayat keluarga dengan kejang
- Riwayat kejang demam
- Tumor intrakranial
- Trauma kepal terbuka, stroke
- Gambaran kejang seperti apa
- Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal
- Apa yang dilakuakn pasien setelah kejang
- Nama obat yang dipakai
- Dosis obat
- Berapa kali penggunaan obat
- Kapan putus obat
- Tingkat kesadaran
- Abnormal posisi mata
- Perubahan pupil
- Gerakan motorik
- Tingkah laku setelah kejang
- Apnea
- Cyanosis
- Saliva banyak
- Usia
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Peran dalam keluarga
- Strategi koping yang digunakan
- Gaya hidup dan dukungan yang ada
- Kondisi penyakit dan pengobatan
- Kondisi kronik
- Kemampuan membaca dan belajar
- Laboratorium
- Radiologi
II. Diagnosa keperawatan
Resiko injury b/d aktivitas kejang
Resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi
Cemas b/d terjadinya kejang
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
III. Intervensi keperawatan
1. Dx: resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi
Intervensi:
Mandiri
Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.
Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.
Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.
Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan indiksi.
Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.
Siapkan untukmelakukan intubasi, jika ada indikasi
2. Dx: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Mandiri
Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/ prognosis penyakit dan perlunya pengobata/penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.
Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis.
Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan, jika memungkinkan.
Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperi mengantuk, hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan, mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan anemia aplastik.
Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsi.
Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya sakit tenggorok atau demam.
Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal
Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya, alkohol, kefein dan obaat yang dapat menstimulasi kejang.
Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur.
Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki, diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi, menggunakan alat mekanik, panjat tebing, berenang, hobi dan sejenisnya.